Minggu, 22 Juni 2014

Cerpen Cinta Romantis : Janji Yang Membisu

Penulis : Ajeng Anggela Sari

Janji kebersamaan kita yang tak akan pernah pupus terlekang oleh waktu. Kini kau telah tenang disana sayang, menanti kehadiranku kembali untuk melanjutkan cerita kita dulu. Tuhan punya cara untuk mengindahkan kisah kita dulu. Janji yang pernah kita sematkan saat kebahagian sedang membasuh kita. Janji dariku Oky untukmu Seftya, dan untuk hubungan kita.

Dulu..
Dulu… Aku selalu berbahagia denganmu, menunggumu berjam-jam biasa bagiku, menunggu kehadiranmu kala kakimu menginjak gerbang sekolah selepas sekolah usai tak pernah membuatku jenuh. Tak pernah mulut ini rela untuk menegormu padahal begitu lamanya aku dibawah terik matahari yang usang hanya untuk menunggumu selepas sekolah.

Tak pernah sedikitpun kita bertengkar, berbicara angan kita untuk selalu bersama. Padahal 3 tahun sudah kita bersama, kau tetap selalu menjadi yang pertama. Cita-cita kita dulu saat kita masih mengenakan seragam putih abu adalah “Mendapatkan kebahagiaan yang layak untuk kita”.

Belajar bersama di sebuah Foodcourt selepas sekolah usai sambil bercengkrama, mengistirahatkan otak kita sambil bertukar pikiran ilmu yang kita temuakan di sekolah masing-masing itu hal yang selalu kita lakukan hampir setiap hari. Menyambangi rumahmu yang saat itu semakin jauh karena kepindahanku dari Komplek kita dulu tak menjadi penghalang bagiku untuk selalu menjadi ojek gratis tumpanganmu.

Omelan papah kala aku pulang malam karena habis mengajarimu soal matematika yang sungguh susahnya masuk dalam pikiranmu tak mampu hentikan kebiasaan kita. Apalagi saat celotehan mamahmu kala kita pulang terlambat saat hujan menyerbu dan menghentikan perjalanan kita untuk berteduh karena aku tak pernah ingin kau sakit. Betapa bodohnya aku kala kau sakit karena tetesan air hujan itu.

Meski mamahmu sering bilang “makanya bawa mobil” tak membuatku berhenti untuk belajar setir mobil, meski diam-diam dari papah. Aku memang telah ditinggal oleh sosok bidadari dalam diriku yaitu mamah, makanya aku selalu menghormati ribuan mamah didunia ini dan menganggap mamahmu adalah mamahku. Kau selalu bersedih kala mamahmu memarahimu, tapi aku selalu senang dan semakin sayang pada mamahmu karena bagiku ini perhatian yang diberikannya untukku.

Memang malang sekali nasibku hanya numpang mamah darimu, tapi itulah yang membuatmu senang menceritakan tentangku pada mamahmu. Aku ingat kala itu mamahmu senang mendengar bahwa aku sekolah sambil kerja, itu yang membuatnya menerima dan merestui hubungan kita. Kekokohan mamahmu dulu telah ku lunakan saat berita perjuanganku untuk melanjutkan hidup telah didengarnya.

Celotehan kebahagiaan pun menambah kebahagiaanku kala ku temukan ayahku kembali bersama wanita yang menjadi penggati mamahku katanya, tapi bagiku tak ada yang bisa menggantikan sosok mamah. Aku ingat, dan pasti selalu teringat saat kita sedang bermain di sebuah pantai yang jaraknya sangat jauh dari rumah dan pastinya jauh dari keluarga jauh dari kehangatan rumah yang selalu kau rindukan karena aku sangat paham kau sulit jauh dari rumah. Karena bagimu kehangatan hanya ada dirumah dan ada dalam diriku.

Kita pernah pergi kesana, ke sebuah pantai yang sangat biru, pemandangan yang berarti diselimuti ribuan pasir pantai putih,kita bersenang-senang disana. Meskipun malamnya aku harus menunggumu tertidur dikala semua mata harus terpejam apalagi kalau kau tak bisa tidur karena kangen rumah.

Kau pasti ingat, sore itu kala ujung pantai ingin menarik matahari yang berwarna oren keemasan, kita pernah berjanji, berjanji untuk selalu berbahagia. Janji kita saat itu adalah “Kita tak sehidup semati, karena Tuhan menciptakan kita untuk berbahagia. Jika salah satu diantara kita ada yang pergi, pergi mendahulukan keadaan, salah satu diantara kita tak boleh ada yang meneteskan air mata apalagi sampai meraung-raung untuk menghentikan keadaan.

Yang ditinggalkan haruslah melanjutakan kebahagiaan yang telah ditetapkan tuhan. Dengan mencari pengganti dari yang pergi” Janji itu kita sematkan diantara bergantinya masa diiringi kepergian matahari dari pelupuk mata. Kupikir itu hanya guyonan diantara candaan kita, sebenarnya itu hanya ledekan apakah sanggup dia kutinggalkan karena yang ku tahu dia salalu menolak untuk kutinggalkan. Sungguh itu ledekan dan candaan yang terindah untukku.

Kala itu, sebuah sore yang panjang bagiku betapa susahnya aku mengajarimu rumus-rumus soal matematika untuk nghadapi Ujian Akhir Nasional. Selepas pulang sekolah setelah refreshing sejenak hingga malam menyambangi kau baru mampu menyelesaikan soal UN tahun lalu. Bagaimana dengan tahun sekarang yang katanya akan lebih sulit katamu.

Aku tahu, kau tak pernah ingin menghadapi hari esok, katamu seandainya hari esok bisa diskip pasti kebehagiaanmu akan lengkap. Tapi tetap saja kau tak pernah bisa menghentikan hari esok atas perintah tuhan. Nampaknya kau mampu menyelesaikan hari esok dengan senyummu, dan benar kau tersenyum kala kau menginjakkan kakimu keluar dari gerbang sekolahmu dan katamu “kau membuat soal sulit sekali, tapi tadi soalnya mudah tau..” Dan hanya senyum jawabku, itulah caraku agar kau bisa mengerjakan soal yang sulit padahal soalnya tak sesulit itu.

Aku hanya tak ingin kau tak mampu mengerjakannya kala tak ada lagi aku disampingmu. Selepas UN berakhir, benar aku demam tinggi, mamah tiriku pun kelimpungan merawatku. Apalagi kamu malam-malam nekat menyambangi rumahku ditemani mamahmu karena kau tahu aku demam tinggi. Ku kira itu malam-malam terakhirku, ternyata mobil yang dikendarai papah melintasi jalanan yang senyap menyelamatkanku dan dokterpun membantuku untuk selamat. Saat aku kritis aku tahu, kau galau bukan main mamahmu pun yang terkadang galak dan terkesan membenciku luluh lagi karena melihat keadaanku yang lunglai tak berdaya.

Aku didiagnosa memiliki penyakit kritis, tapi kau menguatkanku. Hampir tiap menit kau buang butiran-butiran air mata hanya untuk menangisiku padahal aku tak apa-apa, hanya saja dalamnya ginjalku menahan ketakutan untuk tak bernyawa lagi dan meninggalkan senyummu. Ku kira saat itu aku yang akan meninggalkanmu, aku berpesan padamu untuk mengingat janji kita di bawah matahari yang terbenam sore itu. Kau menangis sejadi-jadinya kala ucapan itu terluncur dalam dekapku. Tapi Tuhan berbaik hati padaku, mungkin katanya pertemuanku dengan mamah dipending dulu yah karena kasihan melihat wajahmu yang begitu memelas padaku untuk selalu kuat.

Setelah hampir 2 minggu aku menyambangi rumah sakit yang telah bosan mendengar rintihanku, aku bisa pulang ke rumah dengan wajah yang sangat tak wajar. Itu 2 minggu yang sangat berat bagiku dan kamu, karena ga bisa seneng-seneng seperti biasa. Hari-hari berlalu dan kepulihanku pun mendiami tubuhku, meski harus dibantu obat untuk melanjutkan sisa hidupku tapi tak apalah demi kamu, demi senyuman itu. Detik-detik pengumuman UN pun masih sempat aku rasakan, apalagi kamu saat penasaran dengan hasil matematikamu dengan hasil berguru padaku. Memang sempat kau rasakannya tapi hanya sebentar, kau malah pergi bersama supir pribadi papahmu untuk membeli kado untukku, bodohnya kamu saat itu mendustakanku.

Kau tak ingin diantar olehku kala itu, meski biasanya aku memaksa karena khawatir kau kenapa-napa. Dan benar, kau ijin padaku untuk pergi bersama pak Deo, dia supir pribadi papahmu yang sedang istirahat selepas mengantar majikannya pulang kantor. Entah apa yang ada dipikiran Pak Deo untuk mengantarkan anak dari Tuannya ke hadapan tuhan. Dijalan, saat jalannan licin setelah hujan mengguyuri sepanjang jalan, membuat mobil yang dikendarai Pak Deo tergelincir, padahal jaket adidas yang telah kau beli dan sudah kau bungkus rapih dengan hiasan yang kau minta pada pelayan di sebuah distro olahraga telah kau siapkan untukku, tapi ternyata bukan kamu yang memberikannya padaku, tapi mamahmu.

Kau pergi dengan waktu yang panjang dan sangat lama, bahkan kau tak pernah kembali mungkin kau menungguku disana, diujung peraduan saat aku tak pernah bisa berhenti melupakanku. Disaat semua menangis, apalagi mamahmu meronta-ronta berharap waktu kembali dan berhenti, tapi aku tak pernah menangisi kepergianmu hingga kini dan sampai nanti, aku bahagia karena kau kembali padanya. Berarti sudah berhenti tanggung jawabku untuk menjagamu, ku yakin kau bisa menjaga dirimu disana.

Kutitipkan dirimu pada Tuhan karena ku yakin Tuhan akan selalu menjagamu dengan baik dan dengan kasih sayangnya. Sampai kau hembuskan nafas terakhirmu, dan kau pergi meninggalkanku disini aku akan selalu menyayangi dan mencintaimu. Jaket yang kau titipkan adalah jaket pemberian terakhirmu dan akan selalu ku jaga. Kini kau bahagia disisi tuhan, dan aku telah bahagia bersama seorang wanita bernama Jelita, dia adalah kekasihku sekarang, maafkan aku bukan maksud hati ingi mengkhianatimu, tapi karena mamahmu yang memintaku untuk menjaga keponakannya itu dan dia sepupumu.

Berat sebenarnya kala mamahmu memintaku menjaganya, tapi aku tak berdaya karena ku tahu dia tak berkawan dan tak ada yang menjaganya makanya, kini aku beralih untuk menjaganya. Kau tahu, betapa sempurnanya nilai matematikamu saat UN, pasti kau akan bahagia kala kau dengar pengumuman UN kala itu, kau mendapatkan nilai yang hampir sempurna 98, bahkan aku kalah darimu yang hanya bisa mendapatkan nilai 95 saat itu. Dan hasil Ujianmu lah yang terbaik di Sekolahmu, meski tak bertuah tapi nilai itu hanya kau yang memiliki dan tak akan ada yang dapat menggantikannya. ku harap kita akan bersama dikala waktu yang menyatukan kita kembali beradu. Tunggu aku sayang di Surga, aku pasti akan menyambangimu nanti, kala Tuhan memintaku untuk kembali. Bahagialah kau disana dan jangan pernah kau menangis kala rindu menguras habis dirimu dan aku tak bisa menghapus tangis itu lagi.
 

Cerpen Romantis - Ada Cinta di Balik ES Krim

Penulis : Sri Ganessa 

Hujan kembali melanda bumi, terlintas dibenakku kenangan dulu. Ya kenangan bersama kekasih yang dulunya sangat ku cinta. Kenangan yang meyakitkan, kenangan yang dulunya sulit untuk ku lupakan, kenangan yang hampir satu setengah tahun tidak terlupakan. Dan ketika aku sudah melupakan, hujan kali ini mengingatkanku kembali kepada kenangan itu.

Dear Diary
Haii Dimas :’)

Apa kabar ? semoga kamu baik-baik saja Oh ya , kamu udah gimana sekarang ? Udah punya cewe baru ? Gimana cewe barumu ? Yang jelas lebih dari aku ya ? Dimas , aku mau ngasitau kamu , kalau hujan ini mengingatkanku pada kenangan kita yang dulu . Kamu tau ga saat kita kehujanan, kamu rela ngasih jaket kamu demi aku ? Ingat ga ? Itu salah satu pengorbanan yang cukup hebat ya , dimana kamu rela kena hujan padahal kamu lagi sakit demi aku. Sekarang kita udah pisah , ga pernah ada komunikasian dan bahkan ga pernah bertatap muka. Haii Dimas :’) Aku ga tau ini perasaan apa , yang aku tahu aku Cuma ingin bertemu aja. Apa ini yang dinamakan kangen ? Ya mungkin saja aku kangen dengan wangi parfummu atau kangen melihat senyumanmu. Haii Dimas :’) Kamu tahu ini tanggal berapa kan ? Ini tanggal lahir kamu sekaligus tanggal jadian kita dan juga sekaligus tanggal lahirku, tanggal 29 April 2013♥ I Miss You :’)

Sejenak ku pengen makan ice cream dan ku menelfon sahabat terbaikku.
 “san, kamu dimana?”
“dirumah chaa, mau kemana lagi? Hujan deras”
“bisa temenin aku ga?”
“kemana cha?”
“beliin ice cream, hihi”
 “hujan-hujan gini beli ice cream? Kamu terkena sindrom apa ini?”
“udah ah, jangan banyak tanya. Sekarang juga kamu kerumahku ya”
“iya deh iya”

 Beberapa menit kemudian, Sandra sampai dirumahku. Kami langsung pergi kesuatu tempat kesayanganku dulu bersama Dimas. Aku langsung memesan Banana Spilt dan Sandra memesan ice cream rasa durian. Kami berada dikedai ice cream Al Riez, depok. Tak sengaja, ku melihat lelaki tampan yang memakai baju hitam bersama cewe yang tidak ku kenal. Sepertinya ku mengenal lelaki itu, seketika lelaki itu melihat kearahku. Dan ternyata lelaki itu dimas mantan kekasihku. Ku tersenyum dan dia juga balas senyum padaku, senyuman manis itu kini ku dapatkan lagi. Senyum yang sejak dulu ku rindukan, dan sekarang ku menemukan senyum itu lagi. Ku berharap senyum itu ditujukan padaku. Ingin sekali ku menyapanya dan ingin sekali ku bicara banyak padanya. Ingin sekali ku duduk disampingnya dan merasakan hujan ini lagi. Hal yang sama, dia memesan ice cream capucino. Ya kami itu penggemar ice cream capucino. Satu lah yang ku tanya dalam hati, siapa wanita yang berambut panjang ,mengenakan kacamata hitam dan memakai baju warna hitam sama seperti baju yang dikenakan Dimas. Apakah wanita itu kekasihnya? Apakah wanita secantik dan semulus dia itu kekasihnya? Selalu muncul dibenakku pertanyaan “Apakah wanita itu kekasihnya?” Ku menikmati ice cream itu sambil melihat Dimas yang sedang asyik bercanda bersama cewe yang tidak ku kenal itu. Ternyata ada rasa iri hati yang terlintas dipikiranku, ada rasa cemburu dan juga ada rasa ingin tahu. Mungkin semua pertanyaanku tidak akan terjawab. Hujan mulai reda, aku dan Sandra pergi meninggalkan tempat kenangan itu. Dimas dan juga teman cewenya itu masih tetap ditempat itu. Sesampainya dirumah, aku langsung mengambil laptopku dan membuka twitterku. Ku melihat Dimas baru menulis kalimat “Malam ini ditemani sang kekasih” Jadi cewe yang cantim tadi itu kekasih Dimas ? Hatiku sangat hancur, rapuh, seperti ada separuh nyawa yang hilang dari hidupku. Ku langsung memasang music dan ku menangis tersedu-sedu.

♫ Lumpuhkanlah ingatanku, hapuskan tentang dia. Hapuskan memoryku tentangnya. Hilangkanlah ingatanku, jika itu tentang dia. Ku ingin ku lupakannya ♫

Tanggal special ini harusnya membuat aku senang, tapi mengapa aku sedih? Apa karena Dimas sudah punya penggantiku? Apa karena Dimas tidak mencintaiku lagi? Sakit :’) Aku langsung mematikan lampu kamar dan ku tidur bersama boneka teddy bear yang pernah diberi Dimas padaku. Boneka ini ku peluk seeratnya dan ku bayangkan jika boneka ini adalah Dimas.

 ***

Alarm menunjukkan pukul 06.00. Aku langsung bergegas mandi dan pergi kekampus. Pagi ini lagi dan lagi aku lupa sarapan, karena tidak ada seorangpun yang mengingatkanku akan hal itu. Dulu, Dimas paling sering apel sarapanku. Sekarang, Dimas pasti memberikan hal yang sama pada kekasihnya itu.
Akhirnya akupun sampai dikampus Universitas Indonesia, ku melihat banyak mobil dan kreta yang berserakan dihalaman parkir kampus. Aku bingung harus memarkirkan mobilku dimana, sampai ketika ada bunyi klekson mobil dari belakangku. Lelaki itu mendatangi aku dan membentak aku “hei, lo pikir ini kampus bokap lo?” Aku terdiam sejenak, sampai ketika ku membuka kaca mobilku dan ternyata lelaki yang membentakku itu Dimas. Ku langsung meminta maaf padanya dan dengan wajah bengong, Dimas juga terdiamdan melihatku lebih seksama. Ku langsung memarkirkan mobilku dan pergi dari halaman parkir. Apa? Dimas kuliah diUniversitas yang sama denganku? Kenapa kali ini aku tahu? Kenapa dari dulu aku tidak tahu? Ini perasaan senang atau sedih akupun tidak memahaminya. Yang jelas hati ini berkata aku bahagia bisa melihatmu lagi dalam jarak yang dekat. Tatapan itu, ya tatapan matanya yang tajam membuat sekujur tubuh ini tidak mampu bergerak meninggalkan lapangan parkir itu. Ku menatap kebelakang, melihatnya masih tetap dilapangan parkir. Aku tidak tahu mengapa dia masih tetap berdiri disitu, mungkin dia masih menunggu seseorang disana. Dan ternyata feelingku sangat kuat, seketika wanita dicafe malam kemarin datang menghampiri Dimas. Dimas merangkul wanita itu, hatiku hancur dan ku mulai tak berdaya. “mengapa dia? Mengapa tidak aku? Mengapa dia yang kamu rangkul?” Lagi dan lagi, air mata menetes untuk yang kesekian kalinya karena Dimas. Ntah mengapa, air mata ini bisa menetes, aku tak mengerti. Mungkin saja cinta yang dulunya hilang dihatiku, kini kembali muncul lagi. Begitu bodohnya aku menjadi seorang wanita, mencintai lelaki yang sudah mempunyai kekasih hati. Ku langsung berlari meninggalkan mereka, tiba-tiba ada seorang lelaki yang memberikanku tissu dan ternyata lelaki itu Dimas.
Sungguh tak ku sangka, mengapa dia seperti setan yang kadang muncul dan tiba-tiba menghilang. Aku kaget, perasaan hatiku senang, kali ini Dimas sudah dekat dimataku dan memberikanku tissu untuk menghilangkan air mataku.
“Heii cha, kamu kok nangis?”
“gapapa ahh”
“yaampun cha, masih bisa aja boongin aku ya, aku udah kenal kamu lama”
“gapapa Dimasss, aku baik-baik saja. Oya, makasih tisunya”

Akupun langsung berlari lagi meninggalkan Dimas, dan ternyata Dimas terus mengejarku sampai akhirnya menarik tanganku. Dan lagi, aku kembali kepelukannya, ya pelukan yang hangat itu, yang dulunya pernah ku dapatkan.
“jangan pergi lagi cha”
“kenapa? Kamu kenapa tiba-tiba mendekap aku?”
“aku Cuma ga pengen melihat kamu sedih, itu aja”
“kamu tidak pengen melihat aku sedih, tapi kamu alasanku yang selalu membuat aku sedih”
“aku? Kenapa aku cha?”
“aku selalu mencoba untuk melupakanmu, tapi aku ga bisa, sungguh ga bisa”
“loh, kok gitu?”
“aku gatau Dim , aku kangen kamu. Kangen bangett”
“udah, jangan sedih lagi, aku udah disini, udah bersamamu”

Kedamaian itu kembali lagi, disaat Dimas disampingku dan menemaniku. Tiba-tiba wanita yang ku temui dicafe kemarin datang menghampiri kami. Sepertinya wanita itu sangat marah kepada Dimas. Wanita itu langsung meninggalkan Dimas dan Dimas khawatir sampai akhirnya Dimas mengejar wanita itu. Kedamaian yang bisa dibilang sekejap itu, kini kembali hilang lagi. Sekarang hatiku hancur lagi melihat Dimas mengejar wanita itu.

***

♫Seandainya kau tahu Ku tak ingin kau pergi
Meninggalkanku sendiri bersama bayanganmu
Seandainya kau tau Aku kan slalu cinta
Jangan kau lupakan kenangan kita slama ini♫

Aku kembali kerumah, menenangkan diri bersama laptop kesayanganku. Ku mulai mengetik sesuatu ditwitter “aku ingin kembali kebeberapa waktu yang lalu, mengulang kenangan yang pernah kita lalui bersama dengan perasaan yang sama” Ternyata beberapa detik kemudian, Dimas meretweet tweet yang baru ku buat itu. Dan ku melihat timeline Dimas, ku melihat dia menulis “Aku juga merasakan hal yang sama, ku ingin mengulang kenangan itu bersamamu lagi” Seketika, ku mereply tweet Dimas
“Dimas, mengulang kenangan denganku atau dengan wanita lain?”
“mengulang kenangan kita yang dulu cha”
“apa itu semua mungkin? Kamu sudah bersama wanita lain”
“mungkin saja cha, aku tidak punya hati sedikitpun dengan wanita itu”
“kamu kok gitu?”
“dulu, aku ga tau harus gimana caranya melupakanmu, jadi aku memilih dia untuk pelarian saja”
“apa? Kamu sejahat itu mempermainkan hati wanita?”
“aku tahu aku salah, tapi dulu aku hanya ingin mencoba melupakanmu saja”

Hujan kembali mengguyur kota Depok. Seperti biasanya, ku ingin memakan ice cream. Ku langsung membuka twitter dan ku mengepost “pengen makan ice cream Banana Spilt”. Tiba-tiba Dimas mereply twitterku , dia mengatakan “ku tunggu kamu di Al rize, sekarang” Ku bergegas mengganti pakaianku dan ku langsung menuju tempat itu. Ku melihat seorang lelaki yang mengenakan jaket hitam dan ternyata itu Dimas. Tiba-tiba Dimas melihatku dan menyuruhku duduk disampingnya. Ternyata dia sudah memesan banana spilt dan kami langsung menyantap ice cream kegemaran kami itu. Tanpa sengaja, lelehan ice cream ada dibawah mulutku, Dimas langsung membersihkan lelehan itu dengan tangan lembutnya. Seketika, hatiku mulai bergejolak dan rasanya ingin menutup wajahku karena aku tahu pipiku pasti langsung memerah. Dimas memerhatikanku lagi dengan tatapan mata tajamnya, mungkin dia memerhatikan tinggahku yang mulai agak aneh. Kami terhanyut dalam suasana hujan kali ini, kami saling menatap satu sama lain. Tidak ada yang berani memulai pembicaraan sampai akhirnya Dimas mengatakan
“kamu cantik mengenakan baju hitam ini”
“jadi kalau tidak pakai baju hitam aku jelek ya”
“bukan, maksudku kamu selalu tampil cantik”
“ya emang aku dilahirin cantik, hahahaha”
“chaa , aku pengen mengulang masa kita dulu”

Ku terdiam, ku tak tahu harus mulai darimana, ku tak tahu harus bicara apa. Apakah dia benar-benar masih mencintaiku ? Apakah dia benar-benar masih mengharapkanku sama seperti awal pertama kali PDKT? Tiba-tiba Dimas mengejutkanku
“heii chaaa, kok diam?”
“hehe, gapapa Dimm”
“jadi gimana ?”
“gimana apanya? Kita lanjut?”
“iya, kamu masih mau jadi kekasih aku kan?”
“iya aku mau, tapiiiii cewe yang kemarin itu?”
“tenang saja, aku bisa mengatur itu semua, lagian dia sudah punya cowok lain”
“segampang itu mutusin dia?”
“iya, kan aku ga ada perasaan sedikitpun”
“aku mau clbk kalau kamu dan dia sudah sah putus”
“okay”
“udah malam nih, kita pulang yok”
“oh iya, malam yang indah chaa”

Sesampainya dirumah, ku langsung membuka laptopku dan langsung membuka twitterku. Ku menulis “malam ini, ditemani seorang kekasih yang dulu sempat hilang dan ku kembali melihat senyuman manis dipipinya”. Ku melihat timeline Dimas, dia menulis “sekarang hubunganku dengannya sudah tiada, dia memilih lelaki lain dan hatiku tidak tergores sedikitpun karena kamu chaa” Sungguh senangnya hati ini melihat timeline Dimas, ku langsung menulis ditwitterku “ku ingin menjadi seorang yang sempurna untuk dirimu seorang Dimmm”

Seketika, tubuh ini ingin menyandarkan diri kepangkuan Dimas, ku ingin bersamanya untuk selamanya. Tak terasa, keping hati yang dulu telah hilang kini menyatu kembali. Dipersatukan oleh keadaan yang sedang berpihak kepada kami.

 ♫ Duhai kekasihku
Hanyalah dirimu yang ku mau
Tiada yang lain dihati
Selamanya hanya dirimu ♫

 ***

Sinar matahari ini membangunkanku dari keheningan tadi malam. Ku langsung bergegas mandi dan langsung pergi kekampus. Dilapangan parkir, ku melihat Dimas sudah menungguku. Tiba-tiba Dimas memberikanku mawar merah dan ia mengungkapkan perasaannya kepadaku sambil bermain biola. Sungguh romantisnya cowok ini, pipiku seketika merah ketika semua orang dikampus ngumpul melihat aksi Dimas. Semua siswa/siswi kampus berteriak “terima terima terima doongg chaaa” Ku langsung menggenggam tangan Dimas “Dimm, ku berada disampingmu untuk selamanya dan aku berjanji akan menjadi kekasih terhebatmu”. Seketika, Dimas langsung memelukku seerat mungkin, sungguh sulit ku percaya, hati kami telah bersatu kembali.Cinta yang dulu hilang, kini telah kembali.

Cerpen Romantis - Janji Yang Membisu

Penulis : Ajeng Anggela Sari

Janji kebersamaan kita yang tak akan pernah pupus terlekang oleh waktu. Kini kau telah tenang disana sayang, menanti kehadiranku kembali untuk melanjutkan cerita kita dulu. Tuhan punya cara untuk mengindahkan kisah kita dulu. Janji yang pernah kita sematkan saat kebahagian sedang membasuh kita. Janji dariku Oky untukmu Seftya, dan untuk hubungan kita.

Dulu..
Dulu… Aku selalu berbahagia denganmu, menunggumu berjam-jam biasa bagiku, menunggu kehadiranmu kala kakimu menginjak gerbang sekolah selepas sekolah usai tak pernah membuatku jenuh. Tak pernah mulut ini rela untuk menegormu padahal begitu lamanya aku dibawah terik matahari yang usang hanya untuk menunggumu selepas sekolah.

Tak pernah sedikitpun kita bertengkar, berbicara angan kita untuk selalu bersama. Padahal 3 tahun sudah kita bersama, kau tetap selalu menjadi yang pertama. Cita-cita kita dulu saat kita masih mengenakan seragam putih abu adalah “Mendapatkan kebahagiaan yang layak untuk kita”.

Belajar bersama di sebuah Foodcourt selepas sekolah usai sambil bercengkrama, mengistirahatkan otak kita sambil bertukar pikiran ilmu yang kita temuakan di sekolah masing-masing itu hal yang selalu kita lakukan hampir setiap hari. Menyambangi rumahmu yang saat itu semakin jauh karena kepindahanku dari Komplek kita dulu tak menjadi penghalang bagiku untuk selalu menjadi ojek gratis tumpanganmu.

Omelan papah kala aku pulang malam karena habis mengajarimu soal matematika yang sungguh susahnya masuk dalam pikiranmu tak mampu hentikan kebiasaan kita. Apalagi saat celotehan mamahmu kala kita pulang terlambat saat hujan menyerbu dan menghentikan perjalanan kita untuk berteduh karena aku tak pernah ingin kau sakit. Betapa bodohnya aku kala kau sakit karena tetesan air hujan itu.

Meski mamahmu sering bilang “makanya bawa mobil” tak membuatku berhenti untuk belajar setir mobil, meski diam-diam dari papah. Aku memang telah ditinggal oleh sosok bidadari dalam diriku yaitu mamah, makanya aku selalu menghormati ribuan mamah didunia ini dan menganggap mamahmu adalah mamahku. Kau selalu bersedih kala mamahmu memarahimu, tapi aku selalu senang dan semakin sayang pada mamahmu karena bagiku ini perhatian yang diberikannya untukku.

Memang malang sekali nasibku hanya numpang mamah darimu, tapi itulah yang membuatmu senang menceritakan tentangku pada mamahmu. Aku ingat kala itu mamahmu senang mendengar bahwa aku sekolah sambil kerja, itu yang membuatnya menerima dan merestui hubungan kita. Kekokohan mamahmu dulu telah ku lunakan saat berita perjuanganku untuk melanjutkan hidup telah didengarnya.

Celotehan kebahagiaan pun menambah kebahagiaanku kala ku temukan ayahku kembali bersama wanita yang menjadi penggati mamahku katanya, tapi bagiku tak ada yang bisa menggantikan sosok mamah. Aku ingat, dan pasti selalu teringat saat kita sedang bermain di sebuah pantai yang jaraknya sangat jauh dari rumah dan pastinya jauh dari keluarga jauh dari kehangatan rumah yang selalu kau rindukan karena aku sangat paham kau sulit jauh dari rumah. Karena bagimu kehangatan hanya ada dirumah dan ada dalam diriku.

Kita pernah pergi kesana, ke sebuah pantai yang sangat biru, pemandangan yang berarti diselimuti ribuan pasir pantai putih,kita bersenang-senang disana. Meskipun malamnya aku harus menunggumu tertidur dikala semua mata harus terpejam apalagi kalau kau tak bisa tidur karena kangen rumah.

Kau pasti ingat, sore itu kala ujung pantai ingin menarik matahari yang berwarna oren keemasan, kita pernah berjanji, berjanji untuk selalu berbahagia. Janji kita saat itu adalah “Kita tak sehidup semati, karena Tuhan menciptakan kita untuk berbahagia. Jika salah satu diantara kita ada yang pergi, pergi mendahulukan keadaan, salah satu diantara kita tak boleh ada yang meneteskan air mata apalagi sampai meraung-raung untuk menghentikan keadaan.

Yang ditinggalkan haruslah melanjutakan kebahagiaan yang telah ditetapkan tuhan. Dengan mencari pengganti dari yang pergi” Janji itu kita sematkan diantara bergantinya masa diiringi kepergian matahari dari pelupuk mata. Kupikir itu hanya guyonan diantara candaan kita, sebenarnya itu hanya ledekan apakah sanggup dia kutinggalkan karena yang ku tahu dia salalu menolak untuk kutinggalkan. Sungguh itu ledekan dan candaan yang terindah untukku.

Kala itu, sebuah sore yang panjang bagiku betapa susahnya aku mengajarimu rumus-rumus soal matematika untuk nghadapi Ujian Akhir Nasional. Selepas pulang sekolah setelah refreshing sejenak hingga malam menyambangi kau baru mampu menyelesaikan soal UN tahun lalu. Bagaimana dengan tahun sekarang yang katanya akan lebih sulit katamu.

Aku tahu, kau tak pernah ingin menghadapi hari esok, katamu seandainya hari esok bisa diskip pasti kebehagiaanmu akan lengkap. Tapi tetap saja kau tak pernah bisa menghentikan hari esok atas perintah tuhan. Nampaknya kau mampu menyelesaikan hari esok dengan senyummu, dan benar kau tersenyum kala kau menginjakkan kakimu keluar dari gerbang sekolahmu dan katamu “kau membuat soal sulit sekali, tapi tadi soalnya mudah tau..” Dan hanya senyum jawabku, itulah caraku agar kau bisa mengerjakan soal yang sulit padahal soalnya tak sesulit itu.

Aku hanya tak ingin kau tak mampu mengerjakannya kala tak ada lagi aku disampingmu. Selepas UN berakhir, benar aku demam tinggi, mamah tiriku pun kelimpungan merawatku. Apalagi kamu malam-malam nekat menyambangi rumahku ditemani mamahmu karena kau tahu aku demam tinggi. Ku kira itu malam-malam terakhirku, ternyata mobil yang dikendarai papah melintasi jalanan yang senyap menyelamatkanku dan dokterpun membantuku untuk selamat. Saat aku kritis aku tahu, kau galau bukan main mamahmu pun yang terkadang galak dan terkesan membenciku luluh lagi karena melihat keadaanku yang lunglai tak berdaya.

Aku didiagnosa memiliki penyakit kritis, tapi kau menguatkanku. Hampir tiap menit kau buang butiran-butiran air mata hanya untuk menangisiku padahal aku tak apa-apa, hanya saja dalamnya ginjalku menahan ketakutan untuk tak bernyawa lagi dan meninggalkan senyummu. Ku kira saat itu aku yang akan meninggalkanmu, aku berpesan padamu untuk mengingat janji kita di bawah matahari yang terbenam sore itu. Kau menangis sejadi-jadinya kala ucapan itu terluncur dalam dekapku. Tapi Tuhan berbaik hati padaku, mungkin katanya pertemuanku dengan mamah dipending dulu yah karena kasihan melihat wajahmu yang begitu memelas padaku untuk selalu kuat.

Setelah hampir 2 minggu aku menyambangi rumah sakit yang telah bosan mendengar rintihanku, aku bisa pulang ke rumah dengan wajah yang sangat tak wajar. Itu 2 minggu yang sangat berat bagiku dan kamu, karena ga bisa seneng-seneng seperti biasa. Hari-hari berlalu dan kepulihanku pun mendiami tubuhku, meski harus dibantu obat untuk melanjutkan sisa hidupku tapi tak apalah demi kamu, demi senyuman itu. Detik-detik pengumuman UN pun masih sempat aku rasakan, apalagi kamu saat penasaran dengan hasil matematikamu dengan hasil berguru padaku. Memang sempat kau rasakannya tapi hanya sebentar, kau malah pergi bersama supir pribadi papahmu untuk membeli kado untukku, bodohnya kamu saat itu mendustakanku.

Kau tak ingin diantar olehku kala itu, meski biasanya aku memaksa karena khawatir kau kenapa-napa. Dan benar, kau ijin padaku untuk pergi bersama pak Deo, dia supir pribadi papahmu yang sedang istirahat selepas mengantar majikannya pulang kantor. Entah apa yang ada dipikiran Pak Deo untuk mengantarkan anak dari Tuannya ke hadapan tuhan. Dijalan, saat jalannan licin setelah hujan mengguyuri sepanjang jalan, membuat mobil yang dikendarai Pak Deo tergelincir, padahal jaket adidas yang telah kau beli dan sudah kau bungkus rapih dengan hiasan yang kau minta pada pelayan di sebuah distro olahraga telah kau siapkan untukku, tapi ternyata bukan kamu yang memberikannya padaku, tapi mamahmu.

Kau pergi dengan waktu yang panjang dan sangat lama, bahkan kau tak pernah kembali mungkin kau menungguku disana, diujung peraduan saat aku tak pernah bisa berhenti melupakanku. Disaat semua menangis, apalagi mamahmu meronta-ronta berharap waktu kembali dan berhenti, tapi aku tak pernah menangisi kepergianmu hingga kini dan sampai nanti, aku bahagia karena kau kembali padanya. Berarti sudah berhenti tanggung jawabku untuk menjagamu, ku yakin kau bisa menjaga dirimu disana.

Kutitipkan dirimu pada Tuhan karena ku yakin Tuhan akan selalu menjagamu dengan baik dan dengan kasih sayangnya. Sampai kau hembuskan nafas terakhirmu, dan kau pergi meninggalkanku disini aku akan selalu menyayangi dan mencintaimu. Jaket yang kau titipkan adalah jaket pemberian terakhirmu dan akan selalu ku jaga. Kini kau bahagia disisi tuhan, dan aku telah bahagia bersama seorang wanita bernama Jelita, dia adalah kekasihku sekarang, maafkan aku bukan maksud hati ingi mengkhianatimu, tapi karena mamahmu yang memintaku untuk menjaga keponakannya itu dan dia sepupumu.

Berat sebenarnya kala mamahmu memintaku menjaganya, tapi aku tak berdaya karena ku tahu dia tak berkawan dan tak ada yang menjaganya makanya, kini aku beralih untuk menjaganya. Kau tahu, betapa sempurnanya nilai matematikamu saat UN, pasti kau akan bahagia kala kau dengar pengumuman UN kala itu, kau mendapatkan nilai yang hampir sempurna 98, bahkan aku kalah darimu yang hanya bisa mendapatkan nilai 95 saat itu. Dan hasil Ujianmu lah yang terbaik di Sekolahmu, meski tak bertuah tapi nilai itu hanya kau yang memiliki dan tak akan ada yang dapat menggantikannya. ku harap kita akan bersama dikala waktu yang menyatukan kita kembali beradu. Tunggu aku sayang di Surga, aku pasti akan menyambangimu nanti, kala Tuhan memintaku untuk kembali. Bahagialah kau disana dan jangan pernah kau menangis kala rindu menguras habis dirimu dan aku tak bisa menghapus tangis itu lagi.

Sumbernya : ajenganggellasari.blogspot.com

apakah kalian suka kisah dari Cerpen Cinta ini, semoga terhibur ya bagi yang sudah membacanya.